Karang adalah sekumpulan hewan kecil yang hidup bersimbiosis dengan tumbuhan alga (zooxanthellae). Terbentuk dari senyawa kalsium karbonat berbentuk seperti cawan disebut polip. Jutaan polip tersebut kemudian mengendap dan membentuk endapan massif batu kapur (limestone). Sehingga konstruksi batu kapur ini menjadi pondasi utama ekosistem terumbu karang.
Terumbu karang menjadi ekosistem bagi sejumlah biota laut yang menghasilkan kapur, seperti alga berkapur, moluska, porifera, plankton, dan lain sebagainya. Terumbu karang banyak tersebar di daerah tropis dan subtropics, terutama di dekat garis khatulistiwa. Ekosistem hanya mampu tumbuh di perairan laut dangkal pada kedalaman 18-29m dengan suhu 21-29C. Selain itu cahaya matahari menjadi sumber kehidupan utama bagi alga untuk berfotosintesis. Hewan-hewan yang hidup disini juga membutuhkan salinitas yang tinggi serta air bersih untuk dapat bertahan hidup.
Jenis-Jenis Terumbu Karang
Terumbu karang dapat dibedakan kedalam 4 jenis :
1. Terumbu karang tepi (fringing reefs)
Terumbu karang tepi berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar , bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), P. Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).
2. Terumbu karang penghalang (barrier reefs)
Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.52 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus. Contoh: Great Barrier Reef (Australia), Spermonde (Sulawesi Selatan), Banggai Kepulauan (Sulawesi Tengah).
3. Terumbu karang cincin (atolls)
Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulaupulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan. Menurut Darwin, terumbu karang cincin merupakan proses lanjutan dari terumbu karang penghalang, dengan kedalaman rata-rata 45 meter. Contoh: Taka Bone Rate (Sulawesi), Maratua (Kalimantan Selatan), Pulau Dana (NTT), Mapia (Papua)
Terumbu karang menjadi ekosistem bagi sejumlah biota laut yang menghasilkan kapur, seperti alga berkapur, moluska, porifera, plankton, dan lain sebagainya. Terumbu karang banyak tersebar di daerah tropis dan subtropics, terutama di dekat garis khatulistiwa. Ekosistem hanya mampu tumbuh di perairan laut dangkal pada kedalaman 18-29m dengan suhu 21-29C. Selain itu cahaya matahari menjadi sumber kehidupan utama bagi alga untuk berfotosintesis. Hewan-hewan yang hidup disini juga membutuhkan salinitas yang tinggi serta air bersih untuk dapat bertahan hidup.
Jenis-Jenis Terumbu Karang
Terumbu karang dapat dibedakan kedalam 4 jenis :
1. Terumbu karang tepi (fringing reefs)
Terumbu karang tepi berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar , bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), P. Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).
2. Terumbu karang penghalang (barrier reefs)
Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.52 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus. Contoh: Great Barrier Reef (Australia), Spermonde (Sulawesi Selatan), Banggai Kepulauan (Sulawesi Tengah).
3. Terumbu karang cincin (atolls)
Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulaupulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan. Menurut Darwin, terumbu karang cincin merupakan proses lanjutan dari terumbu karang penghalang, dengan kedalaman rata-rata 45 meter. Contoh: Taka Bone Rate (Sulawesi), Maratua (Kalimantan Selatan), Pulau Dana (NTT), Mapia (Papua)
Gambar 2. Tipe-tipe terumbu karang, yaitu terumbu karang tepi (kiri), terumbu karang penghalang (tengah), dan terumbu karang cincin (kanan).
4. Terumbu karang datar/Gosong terumbu (patch reefs)
Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu (Aceh)
Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu (Aceh)
Penyebaran Terumbu Karang
Teumbu karang tersebar di 109 negara tropis dengan luas mencapai 600.000km2. Terumbu karang banyak dijumpai di daerah yang dilewati arus hangat, seperti Florida dan Jepang. Sebanyak 60% terumbu tersebar di Samudra Hindia dan Laut Merah, 25% berada di Samudera Pasifik dan sisanya 15% terdapat di Karibia dan 1% di Atlantik Utara.
Gambar Penyebaran Terumbu Karang di dunia:
Titik-titik berwanra merah menandakan adanya ekosistem terumbu karang, seperti di Teluk Meksiko, Laut Merah, dan Samudra Pasifik.
Gambar persebaran terumbu karang di Indonesia:
Titik-titik berwarna merah menunjukkan penyebaran terumbu karang di skitar perairan Indonesia, salah satu objek wisata laut terkenal yakni di Lombok dan Manado.
Ekosistem Pantai Yang Saling Berkesinambungan
HUTAN BAKAU
Hutan bakau sering disebut sebagai hutan mangrove. Hutan ini banyak dijumpai di daerah tropis dan subtropis. Pohon bakau tumbuh di daerah tepi pantai (intertidal) dimana seringterjadi pasang surut air laut dan perairan dangkal, baik di sekitar teluk, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
Hutan bakau berfungsi sebagai pelindung dareah pinggir pantai dari terjangan langsung gelombang air laut. Akar tanaman bakau dapat menahan arus pasang gelombang, sehingga tidak terjadi abrasi pantai, dapat membentuk dataran baru, memberi perlindungan alami dari terpaan angin badai dan tsunami.
Tanah di hutan bakau berjenis histosol dimana tingkat salinitasnya tinggi dan unsur haranya sangat kurang. Tanah jenis ini terjadi akibat adanya pembusukan tidak sempurna dari karena selalu digenangi air. Berciri adanya lapisan lumpur dan sedimen halus dan berwarna cokelat tua.
Berdasarkan geomorfologinya, hutan mangrove dibedakan atas 6, yakni :
1. Overwash mangrove forest
Mangrove merah merupakan jenis yang dominan di pulau ini yang sering dibanjiri dan dibilas oleh pasang, menghasilkan ekspor bahan organik dengan tingkat yang tinggi. Tinggi pohon maksimum adalah sekitar 7 m.
3. Riverine mangrove forest
Kelompok ini mungkin adalah hutan yang tinggi letaknya sepanjang daerah pasang surut sungai dan teluk, merupakan daerah pembilasan reguler. Ketiga jenis bakau, yaitu putih (Laguncularia racemosa), hitam (Avicennia germinans) dan mangrove merah (Rhizophora mangle) adalah terdapat di dalamnya. Tingginya rata- rata dapat mencapai 18-20 m.
4. Basin mangrove forest
Kelompok ini biasanya adalah jenis yang kerdil terletak di bagian dalam rawa Karena tekanan runoff terestrial yang menyebabkan terbentuknya cekungan atau terusan ke arah pantai. Bakau merah terdapat dimana ada pasang surut yang membilas tetapi ke arah yang lebih dekat pulau, mangrove putih dan hitam lebih mendominasi. Pohon dapat mencapai tinggi 15 m.
Penyebaran Hutan Bakau
Hutan bakau banyak tersebar di wilayah tropis dan subtropics, khususnya di sekitar khatulistiwa. Di Indonesia sendiri hutan bakau tersebar luas di berbagai pulau dengan luas mencapai 8.6 juta ha. Luas hutan bakau di Indonesia merupakan yang terluas melebihi Brazil, Nigeria, dan Australia.
Hutan-hutan mangrove yang luas terdapat di seputar Dangkalan Sunda yang relatif tenang dan merupakan tempat bermuara sungai-sungai besar. Yakni di pantai timur Sumatra, dan pantai barat serta selatan Kalimantan. Di pantai utara Jawa, hutan-hutan ini telah lama terkikis oleh kebutuhan penduduknya terhadap lahan.
Di bagian timur Indonesia, di tepi Dangkalan Sahul, hutan-hutan mangrove yang masih baik terdapat di pantai barat daya Papua, terutama di sekitar Teluk Bintuni. Mangrove di Papua mencapai luas 1,3 juta ha, sekitar sepertiga dari luas hutan bakau Indonesia.
Di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan juga terdapat hutan bakau seluas 857 ha atau setara dengan 15 % jumlah hutan bakau di Indonesia. Wilayah pesisir pantai yang di tumbuhi mangrove terdapat di tiga kecamatan yaitu kecamatan Sinjai Utara, Kecamatan Sinjai Timur dan Kecamatan Tellulimpoe.
Hutan bakau sering disebut sebagai hutan mangrove. Hutan ini banyak dijumpai di daerah tropis dan subtropis. Pohon bakau tumbuh di daerah tepi pantai (intertidal) dimana seringterjadi pasang surut air laut dan perairan dangkal, baik di sekitar teluk, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
Hutan bakau berfungsi sebagai pelindung dareah pinggir pantai dari terjangan langsung gelombang air laut. Akar tanaman bakau dapat menahan arus pasang gelombang, sehingga tidak terjadi abrasi pantai, dapat membentuk dataran baru, memberi perlindungan alami dari terpaan angin badai dan tsunami.
Tanah di hutan bakau berjenis histosol dimana tingkat salinitasnya tinggi dan unsur haranya sangat kurang. Tanah jenis ini terjadi akibat adanya pembusukan tidak sempurna dari karena selalu digenangi air. Berciri adanya lapisan lumpur dan sedimen halus dan berwarna cokelat tua.
Berdasarkan geomorfologinya, hutan mangrove dibedakan atas 6, yakni :
1. Overwash mangrove forest
Mangrove merah merupakan jenis yang dominan di pulau ini yang sering dibanjiri dan dibilas oleh pasang, menghasilkan ekspor bahan organik dengan tingkat yang tinggi. Tinggi pohon maksimum adalah sekitar 7 m.
2. Fringe mangrove forest
Mangrove fringe ini ditemukan sepanjang terusan air, digambarkan sepanjang garis pantai yang tingginya lebih dari rata-rata pasang naik. Ketinggian mangrove maksimum adalah sekitar 10 m.
Mangrove fringe ini ditemukan sepanjang terusan air, digambarkan sepanjang garis pantai yang tingginya lebih dari rata-rata pasang naik. Ketinggian mangrove maksimum adalah sekitar 10 m.
3. Riverine mangrove forest
Kelompok ini mungkin adalah hutan yang tinggi letaknya sepanjang daerah pasang surut sungai dan teluk, merupakan daerah pembilasan reguler. Ketiga jenis bakau, yaitu putih (Laguncularia racemosa), hitam (Avicennia germinans) dan mangrove merah (Rhizophora mangle) adalah terdapat di dalamnya. Tingginya rata- rata dapat mencapai 18-20 m.
4. Basin mangrove forest
Kelompok ini biasanya adalah jenis yang kerdil terletak di bagian dalam rawa Karena tekanan runoff terestrial yang menyebabkan terbentuknya cekungan atau terusan ke arah pantai. Bakau merah terdapat dimana ada pasang surut yang membilas tetapi ke arah yang lebih dekat pulau, mangrove putih dan hitam lebih mendominasi. Pohon dapat mencapai tinggi 15 m.
5. Hammock forest
Biasanya serupa dengan tipe (4) di atas tetapi mereka ditemukan pada lokasi sedikit lebih tinggi dari area yang melingkupi. Semua jenis ada tetapi tingginya jarang lebih dari 5 m.
6. Scrub or dwarf forest
Jenis komunitas ini secara khas ditemukan di pinggiran yang rendah. Semua dari tiga jenis ditemukan tetapi jarang melebihi 1.5 m ( 4.9 kaki). Nutrient merupakan faktor pembatas.
Biasanya serupa dengan tipe (4) di atas tetapi mereka ditemukan pada lokasi sedikit lebih tinggi dari area yang melingkupi. Semua jenis ada tetapi tingginya jarang lebih dari 5 m.
6. Scrub or dwarf forest
Jenis komunitas ini secara khas ditemukan di pinggiran yang rendah. Semua dari tiga jenis ditemukan tetapi jarang melebihi 1.5 m ( 4.9 kaki). Nutrient merupakan faktor pembatas.
Penyebaran Hutan Bakau
Hutan bakau banyak tersebar di wilayah tropis dan subtropics, khususnya di sekitar khatulistiwa. Di Indonesia sendiri hutan bakau tersebar luas di berbagai pulau dengan luas mencapai 8.6 juta ha. Luas hutan bakau di Indonesia merupakan yang terluas melebihi Brazil, Nigeria, dan Australia.
Hutan-hutan mangrove yang luas terdapat di seputar Dangkalan Sunda yang relatif tenang dan merupakan tempat bermuara sungai-sungai besar. Yakni di pantai timur Sumatra, dan pantai barat serta selatan Kalimantan. Di pantai utara Jawa, hutan-hutan ini telah lama terkikis oleh kebutuhan penduduknya terhadap lahan.
Di bagian timur Indonesia, di tepi Dangkalan Sahul, hutan-hutan mangrove yang masih baik terdapat di pantai barat daya Papua, terutama di sekitar Teluk Bintuni. Mangrove di Papua mencapai luas 1,3 juta ha, sekitar sepertiga dari luas hutan bakau Indonesia.
Di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan juga terdapat hutan bakau seluas 857 ha atau setara dengan 15 % jumlah hutan bakau di Indonesia. Wilayah pesisir pantai yang di tumbuhi mangrove terdapat di tiga kecamatan yaitu kecamatan Sinjai Utara, Kecamatan Sinjai Timur dan Kecamatan Tellulimpoe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar