MASALAH KEPENDUDUKAN, KETENAGAKERJAAN, DAN LINGKUNGAN HIDUP
PENDAHULUAN
Masalah penduduk sebenarnya sangat kompleks, banyak sekali aspek yang mencakup aspek didalamnya, diantara aspek pangan, pemukiman, sandang, pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, lingkungan hidup, dan sebagainya. Lalu, apa saja konsekuensi yang mesti diterima oleh Negara – Negara yang sedang berkembang dengan laju pertumbuhan penduduk yang demikian cepat itu? Diantara beberapa konsekuensi tsb, ada tiga hal yang perlu dicatat yaitu : 1) jumlah angkatan kerja bertambah dengan cepat seiring engan cepatnya laju pertumbuhan penduduk, 2) rendahnya kemampuan Negara – Negara yang sedang berkembang untuk menciptakan kesempatan kerja tambahan, dan 3) semakin menurunnya daya dukung lingkungan terhadap kualitas kehidupan. Masalah – masalah lanjutan yang muncul kemudian adalah angka pengangguran semakin meningkat, urbanisasi, migrasi makin menjadi – jadi, dan last but not least, angka kejahatan dengan berbagai bentuk juga meningkat.
TEORI PERANGKAP PENDUDUK DARI MALTHUS
Reverend Thomas Malthus mengemukakan hubungan antara pertumbhan penduduk dan pembangunan ekonomi pada tahun 1798 dalam artikelnya berjudul Essay on the Principle of Population. Ia menjelaskan konsep hasil yang menurun (concept of diminishing return). Menurtnya kecenderungan pertumbuhan penduduk suatu Negara tumbuh menurut deret ukur, yaitu menjadi dua kali lipat setiap 30-40 tahun. Pada saat yang sama, hasil dari tanah menurun, persediaan pangan hanya tumbuh menurut deret hitung. Karena pertumbuhan persediaan pangan tidak bias mengimbangi pertumbuhan penduduk yang sangat cepat dan tinggi, maka pendapatan per kapita masyarakat tani didefinisikan sebagai produksi pangan per kapita akan cenderung turun menjadi sangat rendah. Dapat ditemukan adanya 3 kritik utama terhadap teori Malthus dan Neo-Malthusian, yaitu:
1. Teori tsb tidak memperhitungkan peranan dan dampak dari kemajuan teknologi
2. Teori tsb didasarkan kepada suatu hipotesis mengenai hubungan secara makro antara pertumbuhan penduduk dan tngkat pendapatn per kapita yang tidak tahan uji secara empiris
3. Teori tsb menitik beratkan pada variable yang keliru, yaitu pendapatan per kapita sebagai factor penetu utama tingkat prtumbuhan penduduk. Suatu pendekatan yang lebih baik dan lebih abash untuk masalah penduduk dan pembangunan ini terpusat pada ekonomi mikro dari proses pembatan keputusan ukuran keluarga setiap individual (dan bukan agregat), serta tingkat kehidupan menjadi factor penetu utama dari keputusan keluarga apakah akan mempunyai lebih banyak ata lebih sedikit anak.
TEORI TRANSISI PENDUDUK
Teori transisi penduduk (demographic transition) berusaha untuk menjelaskan mengapa semua Negara-negara maju sekarang ini kurang lebih melalui tahap yang sama dalam sejarah kependudukan modern. Sebelum adanya modernisasi perekonomian Negara-negara tersebut selama berabad-abad sebagai kmbinasi dari tingginya tingkat kelahiran yang hamper sama dengan tingkat kematian. Tahap pertumbuhan seperti ini termasuk dalam tahap I. tahap II mulai terjadi pada saat modernisasi perbaikan kesehatan masyarakat, pendapatan yang lebih tinggi, dan kualitas makan yang lebih baik, menyebabkan penurunan tingkat kematian dan secara perlahan menaikan tingkat harapan hidup dari di bawah 40 tahun menjadi lebih dari 60 tahun. Penurunan tingkat kelahiran tahap III sebenarnya tidak di mulai pada abad XIX, tetapi beberapa dasawarsa setelah pertumbuhan ekonomi modern terjadi dan lama setelah penurunan tingkat kematian terjadi.
MIGRASI DAN PEMBANGUNAN
Beberapa tahun yang lalu migrasi dari desa ke kota di pandang sebagai hal yang menguntungkan dalam kajian pembangunan ekonomi. Migrasi internal di anggap sebagai suat proses yang alamiah dimana surplus tenaga kerja secara perlahan di tarik dari sector pedesaan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja bagi pertumbuhan industri perkotaan. Proses tersebut di anggap bermanfaat secara social karena sumber daya manusia dipindahkan dari lokasi-lokasi dmana produk social marjinalnya sering di anggap sama dengan nol ke tempat-tempat dimana produk marjinal tersebut tidak hanya positif tetapi jga tumbuh dengan cepat sebagai akibat dari akumulasi modal dan kemajuan teknologi. Menurut Todaro (1985) migrasi juga sering di anggap sebagai proses yang bisa menghilangkan ketidak seimbangan structural desa-kota dengan dua cara langsung. Pertama, dari sisi penawaran migrasi internal yang tidak proporsional meningkatkan tingkat pertumbuhan pencari kerja perkotaan sehubungan dengan adanya pertumbuhan penduduk perkotaan. Kedua, dari sisi permintaan, penciptaan lapangan kerja perkotaan lebih sulit dari penciptaan lapangan kerja pedesaan karena kebtuhan sumber daya komplementer di sector industri.
1. Model tranformasi tenaga kerja dari Lewis.
dalam model Lewis ini, perekonomian di bagi menjadi dua sector yaitu sector tradisional (pedesaan subsisten) dan sector modern. Sector tradisional ditandai oleh produktifitas tenaga kerja yang sangat rendah atau bhkan nol. Sector modern (industry perkotaan) di tandai oleh perpindahan tenaga kerja, yaitu tenaga kerja dari sector subsisten berpindah secara perlahan. Titik perhatian utama model ini adalah proses perpindahan tenaga kerja dan pertumbuhan pengerjaan di sector modern.
2. Teori migrasi dari Todaro.
Todaro merumuskan bahwa migrasi berkembang karena perbedaan antara pendapatan yang di harapkan dan yang terjadi di pedesaan dan di perkotaan. Anggapan mendasarnya adalah bahwa para migrant tersebut memperhatikan berbagai kesempatan kerja untuk mereka dan memilih salah satu yang bisa memaksimumkan manfaat harapan mereka dengan bermigrasi. Secara singkat di sebutkan bahwa model migrasi dari Todaro menpunyai empat karakteristik utama yaitu sebagai berikut
1. Migrasi terutama sekali di rangsang oleh pertimbangan ekonomis yang rasional.
2. Keputusan untuk bermigrasi lebih tergantung kepada perbedaan upah riil yang di harapkan dari pada yang terjadi antara pedesaan dan perkotaan.
3. Kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan di perkotaan berbanding terbalik dengan tingkat pengangguran di perkotaan.
4. Tingkat migrasi yang melebihi tingkat pertumbuhan kesempatan kerja di perkotaan sangat mungkin terjadi.
3. Proses migrasi dan karakteristik para migran.
Mgrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah tertentu ke daerah lainnya. Migrasi ini di pengaruhi oleh banyak factor dan kompleks. Penekanan-penekanan tersebt antara lain di tujukan kepada.
1. Factor-faktr social
2. Factor-faktor fisikal
3. Factor-faktor demografis
4. Factor budaya
5. Factor-faktor komunikasi
MASALAH PENGANGGURAN
Pendapatan yang lazim di gunakan untuk mengukur tingkat penganguran di dasarkan pada pengertian angkatan kerja. Metode pengukuran ketenagakerjaan yang di pakai berasal dari Labor force Approach yang di perkealkan oleh ILO yang di gunakan d banyak Negara berkembang. Sejak tahun 1976 batasan waktu kerja dan periode refrensi yang di pakai sudah seragam, yaitu satu jam sehari dalam seminggu sebelum saat pencacahan. Beberapa pengertian yang berhubungan dengan pekerjaan adalah sebaga berikut :
1. Bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan dengan tujuan memperoleh pendapatan.
2. Menganggur adalah mereka yang tidak menpunyai pekerjaan dalam kurun waktu seminggu sebelum pencacahan.
3. Bekerja tidak penuh adalah mereka yang bekerja kurang dari 35 jam dalam seminggu.
4. Kesempatan kerja adalah suatu tempat bagi seseorang angkatan kerja yang mendapatkan pekerjaan yang member imbalan.
5. Pendidikan adalah jenjang lamanya seseorang berada di sekolah formal.
MASALAH LINGKUNGAN HIDUP
Persoalan yang sering di kaitkan sebagai dampak dari pesatnya pertumbuhan penduduk dan meluasnya pengangguran adalah masalah lingkungan hidup. Sehingga muncul beragam pembahasan masalah kualitas lingkungan hingga konservasi lingkungan, dan sekarang masalah tersebut telah menjadi bagian penting dalam setiap pembicaraan baik di tingkat nasional maupun internasional. Lingungan hidup beralih dari permasalahan ilmiah menjadi masalah pemerintah.
1. Memelihara dan menghormati komunitas kehidupan.
Kita harus membagi dengan adil baik manfaat maupun biaya sumber daya yang digunakan serta biaya pelestarian lingkungan diantara masyarakat-masyarakat yang berbeda dan kelompok-kelompok yang bersangkutan, diantara mereka yang miskin dan kaya serta diantara generasi kita dan generasi yang akan datang sesudah kita.
2. Memperbaiki kualitas hidup manusia.
Tujuan pembangunan yang sesungguhnya adalah memperbaiki mutu hidup manusia. Ini sebuah proses yang memungkinkan manusia menyadari potensi mereka, membangun rasa percaya diri mereka, dan masuk ke kehidupan yang bermartabat dan berkecukupan.
3. Melestarikan daya hidup dan keragaman bumi.
Pembangunan yang berpijak pada pelestarian perlu disertai ke hati-hatian untuk melindungi struktur, fungsi, serta keragaman system yang alami, karena spesies kita sangat bergantung pada system-sistem tersebut. Prinsip ini menurut kita untuk :
1. Melestarikan system-sistem penunjang kehidupan, yaitu proses ekologi yang menjaga agar planet ini cocok untuk kehidupan.
2. Melestarikan keanekaragaman hayati, ini meliputi tidak saja semua spesies tumbuhan, hewan, dan organism lain, tetapi juga seluruh cadangan genetic dalam tiap spesies, dan keragaman ekosistem.
3. Menjamin agar penggunaan sumber-sumber daya yang dapat diperbaharui berkelanjutan. Sumber-sumber daya yang dapat diperbaharui mencakup tanah, organsme liar, dan peliharaan, hutan, padang pengembalaan, sawah dan ladang, serta laut dan ekosistem air tawar yang mendukung usaha perikanan.
4. Menghindari pemborosan sumber-sumber daya yang tak terbarukan.
Mineral, minyak, gas, dan batu bara praktis digolongkan sebagai sumber-sumber daya yang tak terbarukan. Tidak seperti tumbuhan, ikan, atau tanah, bahan-bahan ini tidak dapat digunakan secaa berkelanjutan
5. Berusaha tidak melampaui kapasitas daya dukung bumi
Batas-batas ini bervariasi antara daerah yang satu dan yang lainnya, dan tingkat gangguan bergantung pada beberapa orang disana, serta berapa banyaknya makanan, air, energy, dan bahan baku yang digunakan oleh tiap orang, juga limbah yang dihasilkan.
6. Mengubah sikap dan gaya hidup orang perorang
Masyarakat harus memperkenalkan nilai-nilai yang tidak sesuai dengan falsafah hidup berkelanjutan.
7. Mendukung kreatifitas masyarakat untuk memelihara lingkungan sendiri
Organisasi kemsyarakatan biasanya merupakan wadah yang paling mudah dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang tinggi nilai sosialnya atau sebagai ajang untuk mengekspresikan kepedulian seseorang atau kelompok mengenai sesuatu. Menyediakan kerangka kerja nasional untuk memadukan upaya pembangunan dan pelestarian
8. Sebuah program nasional yang dimaksudkan untuk menciptakan kehidupan yang berkelanjutan dengan demikian harus melibatkan berbagai kepentingan, dan masalah-masalah yang bisa terjadi akibat perbenturan kpentingan-kepentingan itu harus dapat diketahui dan dicegah sebelum timbul.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
sob informasinya bagus.......
BalasHapus