PETA PENANGGULANGAN LUMPUR LAPINDO
Memasuki bulan Agustus Lumpur telah melebihi tanggul darurat setinggi lima meter dan menggenangi rel kereta di sekitarnya.
Di bulan Oktober pompa-pompa mulai digunakan untuk mendorong Lumpur ke kali Porong.
Telah banyak upaya yang dilakukan untuk menghentikan luapan Lumpur: drilling relief wells, memasukkan bola-bola beton kedalam lubang semburan, hingga upaya yang berkaitan dengan mistik kepercayaan Jawa.
Bahkan ada seorang warga negara Rusia yang misterius yang diajak oleh seseorang yang kemudian menjadi Duta Besar Indonesia untuk Rusia (yang ternyata juga mantan Pemimpin Redaksi harian Jakarta Post). Kurang tau kalau wartawan yang menjadi duta besar ini telah memeriksa keabsahan sang penyembuh tersebut (atau mungkin ia masih menganut tradisi Jakarta Post yang mengabaikan formalitas tersebut?). Well, kami di RIA Novosti telah melakukan hal itu dan apa yang kami temukan menunjukkan bahwa orang tersebut tidak memiliki latar belakang di bidang geologi, namun juga tidak satu pun pakar geologi Rusia mengenalnya. Tetapi hal tersebut tidak menghalangi sang penyembuh tersebut meminta pembayaran yang cukup besar untuk ’peralatan dan pengeluarannya’.
Pada saat saya berada di Surabaya, saya menyaksikan seorang pakar terbaru dari daftar panjang ’para pakar luar negeri’: seorang China yang berasal dari Inggris mempresentasikan ’teknik penyaringan pasir’ dengan menggunakan video YouTube... Dalam waktu 15 menit saya merasa sudah cukup menyaksikan, namun menurut mereka yang cukup sabar menyaksikan hingga selesai mengatakan bahwa pakar tersebut tidak dapat memastikan berapa banyak pasir yang diperlukan untuk dapat menghentikan LUSI.
Hingga saat ini ’pertahanan pasif’ dengan menggunakan tanggul yang tinggi lebih efektif. Pertama, lumpur telah dialirkan ke tanggul cincin yang lebih lebar, ...
...kemudian tanggul yang baru telah didirikan di seputar pusat semburan.
Namun demikian, sejak pertama munculnya LUSI hingga saat ini, lumpur telah menggenangi lebih dari 613 hektar wilayah dan telah tercatat sekitar 38.000 pengungsi.
Sepertinya LUSI telah mulai surut—berkurang—membentuk sebuah kawah. ’Sebenarnya penyurutan telah terjadi beberaoa waktu lamanya,’ – kata pakar geologi Indonesia, Adi Kadar, yang mendampingi saya dalam perjalanan ini (ia juga menjadi penulis pendamping dalam salah satu buku tentang gunung lumpur di Jawa Timur yang DIBACA oleh Dr. Davies). –Buktinya adalah apa yang kita sebut ’gelembung-gelembung’ tersebut: semburan yang lebih kecil di sekitar pusat semburan.’
Gelembung informasi
Di Rusia, ada permainan anak-anak yang disebut dengan ‘Telepon rusak’ (di Indonesia permainan ini disebut dengan kuda bisik). Para pemain membentuk lingkaran, lalu anak yang pertama membisikkan satu kata di telinga anak di sebelahnya (berbisik sepelan mungkin). Lalu anak yang kedua ini membisikkan apa yang didengarnya kepada anak berikutnya. Pada akhirnya, kata yang didengar oleh orang terakhir dibandingkan dengan kata yang dibisikkan oleh anak pertama – dan semuanya tertawa gembira karena biasanya kata yang dihasilkan akan berbeda sama sekali.
Dalam permasalahan ini saya akan mulai menangis. Atau berteriak.
Pernyataan Dr. Davies biasanya “hampir yakin”, kadangkala “lebih yakin daripada sebelumnya”, atau dalam kasus yang langka, 90% bahkan 99% yakin.
Pernyataan beliau? “Saya mempunyai perasaan yang cukup kuat mengenai hal ini”, - katanya kepada surat kabar Jakarta Post.
Namun media yang mengutip pernyataannya telah yakin 100%.
Berita di National Geographic: “Berdasarkan Hasil Penelitian Gunung Lumpur di Indonesia disebabkan oleh Eksplorasi Gas.”
AP: “Menurut Pakar gunung Lumpur di Indonesia disebabkan oleh pengeboran, bukan bencana alam.”
Maaf, ‘penelitian’ dan ‘pakar’ tidak pernah mengatakan demikian. Dr. Davies cukup berpengalaman untuk tidak lupa menyatakan ‘kemungkinan besar’ atau ‘mirip sekali’ di sana sini..
Sepertinya saya sudah ketinggalan jaman. Ketika saya belajar ilmu jurnalisme merupakan hal yang wajar jika seorang wartawan menulis tentang hasil penelitian ilmiah, ia membacanya dengan tuntas. Ketika saya belajar di Universitas Negeri Moscow (Moscow State University), prosedur standar bagi mereka yang membaca tulisan ilmiah adalah melihat referensinya terlebih dahulu (dalam rangka memahami tulisan terkait, baik tulisan tersebut layak dibaca maupun tidak). Siapapun yang telah melakukan hal itu terhadap hasil penelitian Dr. Davies tidak akan luput menemukan bahwa tulisan tersebut tidak menggunakan SATU sumber pun dari topik utama yang ditulis.
Walaupun selama pertemuan kami Dr. Davies menyebutkan beberapa ”data rahasia dari sumber yang tidak dapat disebutkan”, sebagai wartawan, saya dapat menerima pernyataan tersebut. Namun nampaknya Dr Davies sendiri menyebut dirinya sebagai seorang ilmuwan….
Dimanakah ANDA akan menempatkan seorang pakar matematika yang menyatakan bahwa 2 X 2 = 365 karena ia diberi informasi oleh sumber yang dirahasiakan?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
ini ngomong apa sih?
BalasHapus