Dalam kehidupan sehari-hari kata sedimen banyak sekali pengertiannya disini diterangkan tentang beberapa pengertian sedimen dan sedimentasi. Dalam kaitannya dengan sedimen dan sedimentasi beberapa ahli mendefinisikan sedimen dalam beberapa pengertian.
HUKUM KEPLER
Karya Kepler sebagian dihasilkan dari data-data hasil pengamatan yang dikumpulkan Ticho Brahe mengenai posisi planet-planet dalam geraknya di luar angkasa. Hukum ini telah dicetuskan paman Kepler setengah abad sebelum eyang Newton mengajukan ketiga Hukum-nya tentang gerak dan hukum gravitasi universal. Di antara hasil karya Kepler, terdapat tiga penemuan yang sekarang kita kenal sebagai Hukum Kepler mengenai gerak planet.
URBANISASI
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.
Berbeda dengan perspektif ilmu kependudukan, definisi Urbanisasi berarti persentase penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Perpindahan manusia dari desa ke kota hanya salah satu penyebab urbanisasi. perpindahan itu sendiri dikategorikan 2 macam, yakni: Migrasi Penduduk dan Mobilitas Penduduk, Bedanya Migrasi penduduk lebih bermakna perpindahan penduduk dari desa ke kota yang bertujuan untuk tinggal menetap di kota. Sedangkan Mobilitas Penduduk berarti perpindahan penduduk yang hanya bersifat sementara atau tidak menetap.
Untuk mendapatkan suatu niat untuk hijrah atau pergi ke kota dari desa, seseorang biasanya harus mendapatkan pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan, informasi media massa, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya.
Pengaruh-pengaruh tersebut bisa dalam bentuk sesuatu yang mendorong, memaksa atau faktor pendorong seseorang untuk urbanisasi, maupun dalam bentuk yang menarik perhatian atau faktor penarik. Di bawah ini adalah beberapa atau sebagian contoh yang pada dasarnya dapat menggerakkan seseorang untuk melakukan urbanisasi perpindahan dari pedesaaan ke perkotaan.
A. Faktor Penarik Terjadinya Urbanisasi
- Kehidupan kota yang lebih modern dan mewah
- Sarana dan prasarana kota yang lebih lengkap
- Banyak lapangan pekerjaan di kota
- Di kota banyak perempuan cantik dan laki-laki ganteng
- Pengaruh buruk sinetron Indonesia
- Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi jauh lebih baik dan berkualitas
B. Faktor Pendorong Terjadinya Urbanisasi
- Lahan pertanian yang semakin sempit
- Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya
- Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa
- Terbatasnya sarana dan prasarana di desa
- Diusir dari desa asal
- Memiliki impian kuat menjadi orang kaya
KERUSAKAN LINGKUNGAN
PENGERTIAN LINGKUNGAN
Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dri lingkungannya. Baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari lingkungan sekitar. Kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya memerlukan lingkungan.
Mengenal Beberapa Teori Lokasi
Oleh : Singgih PrihadiTeori lokasi adalah suatu teori yang dikembangkan untuk memperhitungkan pola lokasi kegiatan-kegiatan ekonomi termasuk di dalamnya kegiatan industri dengan cara yang konsisten dan logis. Lokasi dalam ruang dibedakan menjadi dua yaitu :
Objek Studi Geografi
Seperti yang sudah di jelaskan pada ruang lingkup geografi bahwa geografi mempelajari fenomena atau gejala-gejala yang terjadi di Geosfer. Maka jelaslah bahwa apasih yang menjadi objek studi geografinya. Secara umum objek studi geografi di bagi menjadi dua bagian yaitu
Objek Material
Objek material yaitu segala sesuatu baik berupa materi atau berupa gejala geografi yang terjadi dalam ruang (geosfer) yang dipelajari oleh geografi. Karena ruang lingkupnya geosfer maka objek studi material ini berada di 5 bagian geosfer yaitu:
Energi Angin dan Potensinya
Kus Adi Nugroho
Dari artikel-artikel sebelumnya, banyak yang membahas mengenai pembangkit listrik tenaga angin, terutama sistem konversinya, generator yang digunakan, rangkaian elektronika dayanya, dan dampak yang dihasilkan. Dalam artikel ini saya akan mencoba mengajak pembaca untuk lebih mengenal apa itu angin, bagaimana terjadinya, penyebarannya, dan pemanfaatannya
Sejarah Pemanfaatan
Manusia telah menggunakan energi angin selama setidaknya 5.500 tahun. Para nelayan menggunakan angin untuk menggerakkan kapalnya untuk mencari ikan ke tengah laut. Pedagang, penjajah dan bahkan misionaris menggunakan angin untuk menggerakkan kapal yang membawa mereka ke seluruh belahan dunia demi Glory, Gold, and Gospel. Arsitek pada masa dahulu menggunakan angin alami sebagai sirkulasi udara dalam suatu bangunan. Hammurabi, Raja Babilonia menggunakan energy angin untuk sistem irigasi pada abad ke-17 sebelum Masehi. Suku asli Sri Lanka, Sinhala, menggunakan angin muson dalam peleburan logam. Kincir angin pertama kali didirikan di Sistan, Afghanistan sejak abad ke-7. Kincir ini digunakan untuk menggiling jagung, biji-bijian, mengalirkan air, dan pada industri tebu. Kincir angin yang digunakan merupakan kincir angin dengan poros vertikal, dan tiap-tiap kipas berbentuk segi-empat yang dilapisi dengan bahan kain. Kincir angin dengan poros horizontal pertama kali ditemukan di Eropa untuk menggiling gandum.
Energi angin dapat dikonversikan menjadi energi mekanik, seperti pada penggilingan biji, ataupun untuk memompa air. Pada perkembangannya, energi angin dikonversikan menjadi energi mekanik, dan dikonversikan kembali menjadi energi listrik. Dalam bentuknya sebagai energi listrik, maka energi dapat ditransmisikan dan dapat digunakan untuk mencatu peralatan-peralatan elektronik.
Proses Terjadinya Angin
Penyebab timbulnya angin adalah matahari. Bumi menerima radiasi sinar matahari secara tidak merata. Dengan demikian, daerah khatulistiwa akan menerima energi radiasi matahari lebih banyak daripada di daerah kutub, atau dengan kata lain, udara di daerah khatulistiwa akan lebih tinggi dibandingkan dengan udara di daerah kutub. Pertukaran panas pada atmosfer akan terjadi secara konveksi. Berat jenis dan tekanan udara yang disinari cahaya matahari akan lebih kecil dibandingkan jika tidak disinari. Perbedaan berat jenis dan tekanan inilah yang akan menimbulkan adanya pergerakan udara. Pergerakan udara ini merupakan prinsip dari terjadinya angin. Secara ilmiah, pada abad ke-17, seorang fisikawan Itali, Evangelista Torricelli, mendeskripsikan bahwa angin dihasilkan karena adanya perbedaan suhu udara, dan juga perbedaan kepadatan (akibat perbedaan suhu udara), di antara dua daerah.
Apabila kita asumsikan bahwa Bumi tidak berotasi, permukaan yang datar, dan udara yang lebih hangat terjadi pada daerah khatulistiwa dibandingkan pada kutub, maka sirkulasi udara pada Bumi dapat diperkirakan pada Gambar 1.
Gambar 1. Pola sirkulasi udara sederhana.
Udara pada permukaan bumi di kutub memiliki tekanan yang lebih tinggi daripada di khatulistiwa, sehingga udara akan mengalir dari kutub menuju khatulistiwa pada permukaan bumi. Udara pada permukaan bumi di khatulistiwa memiliki berat jenis yang rendah, sehingga udara akan terangkat hingga lapisan troposfir. Karena tekanan udara pada lapisan troposfir di khatulistiwa lebih tinggi daripada tekanan udara di bagian atas kutub, maka udara akan bergerak secara horizontal pada lapisan troposfir dari khatulistiwa menuju kutub. Dan karena berat jenis di udara pada kutub lebih tinggi, maka udara akan bergerak turun menuju permukaan bumi.
Apabila kita menghilangkan asumsi bahwa bumi tidak berotasi, maka pola aliran udara pada Gambar 1 akan berubah menjadi seperti pada Gambar 2. Gerakan rotasi akan mengakibatkan timbulnya tiga sel sirkulasi pada setiap belahan bumi. Sel sirkulasi ini dikenal sebagai sel Hadley, sel Ferrel, dan sel Polar (Kutub).
Gambar 2. Pola sirkulasi udara tiga sel.
Pada model baru, daerah khatulistiwa tetap menjadi lokasi yang terhangat di Bumi. Area yang terhangat merupakan zona tekanan rendah dan dikenal dengan zona konvergen intertropikal (ITCZ). Zona ini saling bertukar udara dengan udara dari subtropik. Ketika udara pada permukaan bumi subtropik mencapai khatulistiwa, udara akan terangkat, mencapai ketinggian 14 km (troposfir) dan mulai bergerak secara horizontal menuju arah kutub utara dan kutub selatan.
Gaya Koriolis menyebabkan penyimpangan pergerakan udara pada bagian atas atmosfer, dan pada posisi lintang 30°, udara akan mengalir secara zonal dari barat ke timur. Aliran zonal ini dikenal sebagai aliran jet subtropical. Aliran zonal juga mengakibatkan akumulasi udara pada bagian atas atmosfer bergerak tidak lagi membujur. Untuk mengompensasi akumulasi ini, sebagian udara pada bagian atas atmosfer turun kembali ke permukaan, dan mengakibatkan zona tekanan tinggi subtropik. Dari zona ini, udara permukaan akan bergerak menuju dua arah. Sebagian kembali ke khatulistiwa menyempurnakan sistem sirkulasi yang disebut Sel Hadley. Udara yang bergerak inipun mengalami penyimpangan akibat efek Koriolis, yang menyebabkan Northeast Trades (penyimpangan ke kanan pada belahan utara) dan Southeast Trades (penyimpangan ke kiri pada belahan selatan). Efek Koriolis adalah pembelokan yang terlihat pada suatu obyek ketika dilihat dari referensi yang berputar, dimana sebenarnya obyek tersebut bergerak secara lurus.
Udara permukaan yang bergerak menuju kutub dari zona subtropik (30°) terangkat pada lintang 60°. Pergerakan udara ini juga mengalami penyimpangan menghasilkan Westerlies. Gaya Coriolis menyimpangkan angin ini dan mengakibatkan mengalir dari barat ke timur membentuk aliran jet kutub pada lintang 60° utara dan selatan. Pada permukaan bumi tersebut, Westerlies subtropik bertubrukan dengan udara dingin dari kutub. Tubrukan ini mengakibatkan udara bergerak ke atas dan mengakibatkan siklon mid-latitude. Sebagian besar dari udarayang terangkat akan mengarah ke kutub dan turun kembali ke permukaan.
Gambar 3 menggambarkan tekanan udara yang sebenarnya pada Bumi, dari pengamatan selama 39 tahun. Pola sirkulasi yang diperlihatkan tampak berbeda dengan Gambar 2. Perbedaan ini diakibatkan oleh material permukaan Bumi dan ketinggiannya. Daratan bersifat lebih mudah panas dan lebih mudah dingin kembali, sedangkan air sulit menjadi panas dan sulit menjadi dingin kembali. Hal ini mengakibatkan belahan Bumi utara dan selatan menjadi tidak seragam. Belahan Bumi utara didominasi oleh daratan, sedangkan selatan sebaliknya. Ketinggian mengakibatkan pusat tekanan menjadi lebih intensif ketika ketinggian meningkat.
Gambar 3. Arah angin permukaan dan pusat tekanan atmosfer rata-rata pada bulan Januari, 1959-1997. Garis merah merupakan zona konvergen intertropik (ITCZ).
Gambar 3 menunjukkan tekanan udara dan arah angin bulanan pada permukaan Bumi dari tahun 1959-1997. Perbedaan tekanan terlihat dari perbedaan warna. Biru menyatakan tekanan rendah, sedangkan kuning hingga oranye menyatakan sebaliknya. Arah dan besar angin ditunjukkan dengan arah panah dan panjangnya.
Potensi
Untuk mencari tahu berapa besar energi angin di Bumi ini, titik mulanya adalah memperkirakan total energi kinetik di atmosfer. Lorenz memberikan 1.5 x 106Joules/m2 sebagai energi kinetik yang tersedia di atmosfer[1]. Smil menyatakan bahwa pergerakan udara di atmosfer merupakan 2% dari energi dari matahari ke Bumi[2]. Dimana radiasi Matahari yang mencapai Bumi tahunan adalah 5.8 x 1024Joules, atau 1.84 X 1017W, dan 360W/m2. Dan yang terserap oleh permukaan Bumi (daratan dan air) adalah 2.9 x 1024Joules, atau 9.19 X 1016W, dan 180W/m2[3]. Jika jumlah energi matahari yang terserap secara langsung oleh atmosfer lebih sedikit digunakan, perkiraan besaran tertinggi dari energi kinetik dapat dijabarkan. Smilmemberi gambaran, 3.8 x 1022 J, untuk energi angin tahunan pada atmosfer di bawah ketinggian 1 km. Dia menyatakan nilai maksimum yang dapat dikonversikan adalah 3.8 x 1021 Joule, 1.20 x 1014W atau 1.1 x 106 TWh.
Menurut Komisi Eropa, sumber angin dunia diperkirakan 50,000 TWh/tahun[4]. Total potensial dihitung pada daratan dengan kecepatan angin rata-rata diatas 5,1 m/s pada ketinggian 10 m. Kemudian direduksi 90% sebagai penggunaan lain, kepadatan penduduk, dan lain-lain. Perhitungan ini tidak melingkupi Greenland, Antarctic atau area lepas pantai. Perhitungan lain oleh Wijk dan Coelingh yang memberikan nilai 20.000 TWh/tahun dianggap lebih konservatif[5].
Tabel 1. Sebaran potensi energi angin. (TWh/tahun)
Daerah | Grubb and Meyer [4] | Wijk and Coelingh [5] |
Afrika | 10 600 | - |
Australia | 3 000 | 1 638 |
Amerika Utara | 14 000 | 3 762 |
America Latin | 5 400 | - |
Eropa Barat | 500 | 520 |
Europe Timur | 10 600 | - |
Asia | 4 900 | - |
Perkiraan Total | 50 000 | 20 000 (+area lain) |
Sumber lain menyatakan total potensial yang lebih tinggi, yaitu 106.458 TWh/tahun[6]. Potensi ini termasuk Selandia Baru dan Jepang. Namun study-study tersebut belum memasukkan potensial lepas pantai, yang diperkirakan mencapai 3000 TWh/tahun untuk di Eropa saja dengan jarak 30 km dari pantai dan kedalaman kurang dari 40 m[7]. Membandingkan antara penggambaran dari Smil, 100.000 TWh, dan dari Wind Energy-The Facts report, 50.000 TWh, Smil menggambarkan untuk seluruh daratan dan air, sedangkan Wind Energy-The Facts report menggambarkan jumlah yang dapat dihasilkan oleh turbin angin pada 120 m pertama dari 1 km, dan memperhitungkan rugi-rugi dan faktor reduksi[2][3]. Hingga saat ini, 100GW turbin angin telah terpasang dan dapat memproduksi 2,2 x 102 TWh, dengan asumsi 25% faktor pembebanan. Konsumsi listrik dunia adalah 18.000 TWh/tahun pada tahun 2005[8]. Dengan demikian, total sumber energi angin yang tersedia dapat memenuhi permintaan listrik dunia, apalagi angin dapat ditemukan di segala penjuru dunia.
Referensi
[1] Lorenz, Edward N., The nature and theory of the general circulation of the atmosphere., p110 WMO No. 218 TP.115. World Meteorological Organization
[2] Smil, Vaclav. Inherent limits of renewable energies. 2004
[3] Smil, Vaclav. Energy at the crossroads. MIT 2003.
[4] Wind Energy – The Facts. Volume 1. European Commission. Directorate-General for Energy. 1999.
[5] van Wijk, A.J.M. and Coelingh, J.P., Wind Power Potential in the OECD Countries, December 1993.
Report commissioned by the Energy Research Center, The Netherlands (ECN)
[6] Personal communication from Hughes, P, and Hurley, B. Airtricity
[7] Garrad Hassan and Partners, Germanischer Lloyd, Windtest KWK. 1995.
[8] BP Statistical Review of World Energy June 2006
[9] www.wikipedia.org
BELAJAR GEOGRAFI
Pengertian Geografi
Sejak manusia Iahir di dunia, manusia sangat bergantung pada alam lingkungannya. Manusia membutuhkan alam untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena didorong kebutuhan hidupnya tersebut. manusia berusaha untuk memanfaatkan alam. Hal inilah menuntut manusia untuk mengenal alam sehingga lahirlah studi geografi.
Istilah geografi pertama kali dikemukakan oleh Eratothenes (176:194 sm). Kata geografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu geo dan graphien.Geo berarti bumi dan graphien berarti sesuatu yang ditulis, digambar, atau dijelaskan. Jadi Geografi berarti Ilmu pengetahuan yang mempelajari, menjelaskan, menuliskan  tentang bumi
Dalam geografi kita akan mempelajari segala sesuatu yang tampak di permukaan bumi, baik bentuk kehidupan, kenampakan permukaan bumi dengan segala gejala-gejalanya maupun faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti benda-benda di luar angkasa, keadaan dan benda-benda di dalam bumi maupun di permukaan bumi. Oleh karena itu, definisi geografi secara luas adalah ilmu yang mempelajari bumi bagian dalam, permukaan bumi, dan atas (luar angkasa) secara keseluruhan yang berinteraksi dengan alam lingkungannva. Supaya pandangan tentang geografi itu lebih luas berikut ini beberapa pendapat para ahli geografi.
- Drs. Bintarto, geografi merupakan ilmu pengetahuan yang menceritakan, menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisis gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak khas kehidupan dan mencari fungsi dari unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu,
- Dr. I Made Sandy, geografi adalah ilmu yang burusaha menceritakankan dan memahami persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan yang ada dalam ruang muka bumi.
- Drs. Nathanael Daljoeni, geografi adalah uraian tentang bumi dengan segenap isinya yakni manusia ditambah dengan dunia hewan dan dunia tumbuh-tumbuhan.
- Ullman (1954), geografi adalah interaksi antar ruang.
- Abler (1971), geografi mengkaji struktur dan proses fenomena dan permasalahan dalam ruang. Berkaitan dengan itu geografi selalu berbicara dengan peta untuk mengkaji struktur keruangan suatu permasalahan..
- hasil seminar dan lokakarya di Semarang tahun 1988 geografi adalah ilmu yang rnempelajari persamaan dan perbedaan fenomena di geosfer dengan sudut pandang kewilayahan, kelingkungan dalam konteks keruangan.
- Frank Debenham. Menurut Debenharn tugas para ahla geografl adalah sebagai berikut.
- menafsirkan agihan atau persebaran gejala dan fakta fenomena geografi.
- menemukan hubungan antara kehidupan manusia dan lingkungan fisik.
- Menjelaskan interaksi antara manusia dan lingkungan,
- R. Hartshorne. Geografi bertujuan untuk memberikan deskripsi yang teliti, beraturan, dan rasional tentang sifat variabel dari permukaan bumi.
- E. A. Ackerman. Geografi bertujuan rnengetahui pengertian tentang sistem yang berinteraksi secara cepat mencakup semua budaya manusia dan lingkungan alamiahnya di permukaan bumi
- P. Haggett. Geografi memberikan perhatian terutarma pada sistem ekologi dan sistem keruangan. Pada sistem ekologi berkaitan dengan manusia dan lingkungannya, sedangkan pada sistem keruangan berkaitan dengan hubungan antar wilayah.
- M Yeates. Geografi adalah suatu ilmu yang memperhatikan perkembangan rasional dari berbagai sifat yang beraneka ragam di pennukaan bumi.
- Strabo. Geografi erat kaitannya dengan karakteristik tertentu suatu tempat dan memperhatikan juga hubungan antara berbagai ternpat secara keseluruhan.
BELAJAR GEOGRAFI
Segenap tim kerja Pusat Sumber Belajar dan Dokumentasi Pendidikan SekolahVirtual (termasuk tim kerja Ensiklopedia Online BelajarGeografi) dan Komunitas.Belajar.Bebas.Tanpa.Batas (K.B.B.T.B) turut berbangga menggunakan batik Indonesia yang telah resmi diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia. |
Kelas 7 |
Kelas 8 |
Kelas 9 |
Kelas 10 |
Kelas 11 |
Kelas 12 |
|
Klasifikasi Industri ( Geografi XII)
Istilah industri sering diidentikkan dengan pabrik ( manufaktur ), yaitu semua kegiatan ekonomi manusia yang mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Padahal, pengertian industri sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial.
Soil Erosion : Causes and Effects
Soil erosion is one form of soil degradation along with soil compaction, low organic matter, loss of soil structure, poor internal drainage, salinisation, and soil acidity problems. These other forms of soil degradation, serious in themselves, usually contribute to accelerated soil erosion.
Soil erosion is a naturally occurring process on all land. The agents of soil erosion are water and wind, each contributing a significant amount of soil loss each year in Ontario.
Soil erosion may be a slow process that continues relatively unnoticed, or it may occur at an alarming rate causing serious loss of topsoil. The loss of soil from farmland may be reflected in reduced crop production potential, lower surface water quality and damaged drainage netwoks.
Tenaga Endogen
Tenaga endogen adalah tenaga pengubah muka Bumi yang berasal dari dalam Bumi. Tenaga endogen merupakan kekuatan yang mendorong terjadinya pergerakan kerak Bumi. Pergerakan ini disebut diastropisme.
Adanya tenaga endogen dapat menyebabkan terjadinya pergeseran kerak bumi. Pergeseran kerak bumi akan menjadikan permukaan bumi berbentuk cembung, seperti pegunungan atau gunung-gunung berapi, serta
Adanya tenaga endogen dapat menyebabkan terjadinya pergeseran kerak bumi. Pergeseran kerak bumi akan menjadikan permukaan bumi berbentuk cembung, seperti pegunungan atau gunung-gunung berapi, serta
Bentuk Kerusakan Lingkungan Akibat Proses Alam
Bumi ini tidak statis, melainkan dinamis secara terus menerus mengalami perubahan. Sampai saat ini, perubahan itu masih tetap berlangsung. Seperti benua bergerak, terjadi gempa bumi, gunung merapi meletus, angin topan (badai siklon), serta terjadi peubahan musim (terjadi penyimpangan musim kemarau dan musim penghujan). Peristiwa tersebut terjadi di luar pengaruh kegiatan manusia dan manusia tidak mampu mencegah dan membendungnya.
Karst Gunung Kidul - Konservasi Tanah
Saya arsipkan tulisan ini sebagai dokumentasi serta bahan bacaan bersama di blog Tengkorak Sakti ini, bagi siapa saja yang tertarik pada tema Gunung Kidul dan yang berhubungan.
SISTEM INFORMASI GEOGRAFI
Pengindraan Jauh merupakan ilmu dan seni dalam ekstraksi informasi mengenai suatu obyek, wilayah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh tanpa melaului kontak langsung dengan oyek, wilayah atau fenomena yang dikaji. Sedang SIG adalah suatu sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, mengelola, menganalisis dan mengaktifkan kembali data yang mempunyai referensi keruangan, untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan perencanaan.
KAMPUNG NAGA
Kampung Naga merupakan suatu perkampungan yang dihuni oleh sekelompok masyarakat yang sangat kuat dalam memegang adat istiadat peninggalan Ieluhumya. Hal ini akan terlihat jelas perbedaannya bila dibandingkan dengan masyarakat lain di luar Kampung Naga. Masyarakat Kampung Naga hidup pada suatu tatanan yang dikondisikan dalam suasana kesahajaan dan lingkungan kearifan tradisional yang lekat.
Kampung Naga secara administratif berada di wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Lokasi Kampung Naga tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan kota Garut dengan kota Tasikmalaya. Kampung ini berada di Iembah yang subur, dengan batas wilayah, di sebelah Barat Kampung Naga dibatasi oleh hutan keramat karena di dalam hutan tersebut terdapat makam leluhur masyarakat Kampung Naga. Di sebelah Selatan dibatasi oleh sawah-sawah penduduk, dan di sebelah Utara dan Timur dibatasi oleh sungai Ciwulan yang sumber airnya berasal dari Gunung Cikuray di daerah Garut. Jarak tempuh dari Kota Tasikmalaya ke Kampung Naga kurang lebih 30 kilometer, sedangkan dari Kota Garut jaraknya 26 kilometer. Untuk menuju Kampung Naga dari arah jalan raya Garut-Tasikmalaya harus menuruni tangga yang sudah ditembok (Sunda sengked) sampai ke tepi sungai Ciwulan dengan kemiringan sekitar 45 derajat dengan jarak kira-kira 500 meter.
Kemudian melalui jalan setapak menyusuri sungai Ciwulan sampai ke dalam Kampung Naga. Menurut data dari Desa Neglasari, bentuk permukaan tanah di Kampung Naga berupa perbukitan dengan produktivitas tanah bisa dikatakan subur. Luas tanah Kampung Naga yang ada seluas satu hektar setengah, sebagian besar digunakan untuk perumahan, pekarangan, kolam, dan selebihnya digunakan untuk pertanian sawah yang dipanen satu tahun dua kali.
Kampung Naga hanyalah sebuah kampung kecil namun penduduknya teguh dan patuh akan tradisi yang ada. Rumah yang terdapat di kampung naga tidak boleh lebih dan kurang dari 108 bangunan baru sisanya Masjid dan tempat pertemuan penduduk.
DALAM SEGI ARSITEKTURAL
Bentuk bangunan di Kampung Naga sama baik rumah, mesjid, patemon (balai pertemuan) dan lumbung padi. Atapnya terbuat dari daun rumbia, daun kelapa, atau injuk sebagi penutup bumbungan. Dinding rumah dan bangunan lainnya, terbuat dari anyaman bambu (bilik). Sementara itu pintu bangunan terbuat dari serat rotan dan semua bangunan menghadap Utara atau Selatan. Selain itu tumpukan batu yang tersusun rapi dengan tata letak dan bahan alami merupakan ciri khas gara arsitektur dan ornamen Perkampungan Naga.
Keunikan di Kampung Naga adalah atap rumah yang terbuat dari ijuk. Yang bersifat lebih alami karena bahan-bahan berasal dari alam. Dapat dilihat pada gambar bahwa di kampung naga ini kita dapat menjumpai adanya keterkaitan antara arsitektur dan lingkungan. Dengan mempertahankan bentuk dari alam itu sendiri. Pemanfaatan ruang dalam segi pembangunan rumah tinggal bersifat terpusat di satu titik sehingga masyarakat pun dapat bersosialisasi dengan mudah.
peristiwa tersebut dapat sering kita jumpai hampir si setiap harinya.
Kerusakan Hutan Tropis Indonesia dan Belajar dari Kearifan Budaya Lokal Suku Baduy yang Ramah Lingkungan
Hutan tropis Indonesia merupakan bagian dari 10% hutan tropis dunia yang masih tersisa. Hutan di Indonesia memiliki begitu banyak keanekaragaman hayati yang terdiri dari 12% jumlah spesies binatang menyusui/mamalia, 16% spesies binatang reptil dan ampibi, 1.519 spesies burung dan 25% dari spesies ikan dunia. Sebagian diantaranya adalah endemik atau khas hanya dapat ditemui di daerah tersebut. Luas hutan alam asli Indonesia menyusut dengan kecepatan yang sangat mengkhawatirkan. Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya hingga mencapai 72 persen. Penebangan hutan Indonesia yang tidak terkendali selama puluhan tahun, mengakibatkan terjadinya penyusutan hutan tropis kita secara besar-besaran. Lihatlah, apa yang terjadi:
PEMUKIMAN TRADISIONAL DUSUN BENA
Perjalanan kali ini membawa saya ke suatu dusun tradisional di sebelah timur Indonesia, tepatnya di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Namanya Dusun Bena, secara administratif masuk dalam wilayah Desa Tiworiwu, Kecamatan Jeburu’u, Kabupaten Ngada, sebuah kabupaten di sebelah barat Pulau Flores. Saya penasaran sekali ingin berkunjung ke Dusun Bena ini, karena menurut informasi yang saya dapat, Dusun Bena telah ada sejak abad XII lalu! Wow, sudah lama sekali, bukan? Kehidupan dan budaya masyarakatnya pun tidak banyak berubah, mereka masih memegang teguh adat-istiadat para leluhurnya.
Bulatlah tekad saya untuk mengunjungi Bena! Setelah mempelajari peta Pulau Flores, saya tahu bahwa pintu gerbang udara yang terdekat dengan Dusun Bena (Kabupaten Ngada) adalah Bandar Udara H. Hasan Aroeboesman di Kabupaten Ende. Dari Ende ke Ngada dapat ditempuh melalui perjalanan darat dengan kendaraan roda empat selama lima jam. Jadilah saya pergi dengan pesawat paling pagi dari Bandung, transit di Surabaya dan Denpasar, lalu lanjut ke Ende. Pesawat yang dari Denpasar ke Ende ini hanya tersedia pada hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. Tetapi, kalau rute dari Jakarta ke Ende, setiap hari juga tersedia.
Tengah hari, saya tiba di Bandara H. Hasan Aroeboesman. Selesai mengurus barang-barang bawaan, saya langsung diserbu supir-supir ‘taksi’ yang menawarkan diri untuk mengantar ke Bajawa, ibu kota Kabupaten Ngada. Jangan membayangkan taksi di sini seperti taksi di Jakarta dan Bandung. Taksi di sana adalah mobil-mobil pribadi yang disewakan, lengkap dengan supirnya. Setelah sepakat dengan harga yang ditawarkan, dimulailah perjalanan saya menuju Bajawa. Perjalanan dari Ende menuju Bajawa akan melalui Nangapanda-Kabupaten Ende, Nangaroro-Kabupaten Nagekeo, Aegela-Kabupaten Nagekeo, dan Boawai-Kabupaten Ngada.
Gambar 1
Pantai Batu Hijau
(foto: Ina H.K., 2008)
Pantai Batu Hijau
(foto: Ina H.K., 2008)
Sepanjang perjalanan, mata saya disuguhi pemandangan yang indah antara pantai dan tebing serta perjalanan yang berkelok-kelok. Pemandangan yang begitu memikat hati saya adalah pantai-pantai dengan batu-batu hijaunya di sekitar Desa Punggajawa. Menurut bapak penjual batu di pinggir pantai, harga batu-batu hijau yang berukuran kecil sekitar Rp. 300,- per kilogram, sedangkan yang berukuran besar Rp. 200,- per kilogram. Wuihh….murah sekali, bukan? Kalau sudah sampai tanah Jawa, harganya bisa menjadi 10 – 20 kali lipat.
Menjelang petang, saya tiba juga di Kota Bajawa. Begitu tiba, saya disambut dengan udara yang sangat dingin. Maklum saja, Kota Bajawa ini kan berada di daerah pegunungan Inerie.
Gambar 2
Gunung Inerie
(foto: Ina H.K., 2008)
Gunung Inerie
(foto: Ina H.K., 2008)
Karena hari sudah menjelang gelap, saya memutuskan untuk menginap di Bajawa, perjalanan ke Dusun Bena saya lanjutkan besok pagi saja. Sebenarnya, saya bisa saja menginap di Dusun Bena karena di sana ada juga homestay yang dikelola oleh penduduk, tetapi saya ingin tahu juga Kota Bajawa.
Dari penginapan tempat saya menginap, pemandangan pagi Gunung Inerie terlihat begitu indah, dengan langit yang biru dan bersih, serta awan yang sedikit menutupinya. Menurut informasi yang saya dapat, Gunung Inerie ini memiliki ketinggian 2245 meter di atas permukaan laut. Konon, gunung ini ramai dikunjungi pada bulan Juni – Agustus, bulan-bulan libur sekolah yang bersamaan dengan musim kemarau sehingga aman untuk didaki gunung ini.
Selepas sarapan, saya bersiap menuju Dusun Bena. Dengan mengendarai kendaraan roda empat perjalanan ke Bena pun saya mulai. Dalam perjalanan menuju Bena, saya melalui permukiman tradisional dengan atap-atap rumahnya yang terbuat dari seng, dan full music. Masyarakat di permukiman tradisional yang saya lewati memang sedang asyik menari-nari diiringi musik lagu-lagu khas daerah dari tape yang disambungkan ke sound system yang lumayan besar sehingga suara musik dari rumah di ujung jalan bisa terdengar oleh rumah-rumah di seberang jalannya. Salah satu penduduk sempat memberhentikan mobil dan mengajak saya menari, tetapi dengan bahasa daerah, supir mobil yang saya tumpangi menjelaskan bahwa kami sedang menuju Bena dan harus segera meneruskan perjalanan. Akhirnya, saya tidak jadi ikut bergoyang bersama mereka.
Kondisi jalan ke arah Dusun Bena memang tidak begitu bagus, banyak aspal yang sudah terkikis sehingga penuh lubang, tetapi ini tidak mematahkan semangat saya untuk ke Bena, karena di ujung perjalanan ini saya akan menemukan sebuah desa tradisional yang sudah sangat tua, yang masih memegang teguh budaya leluhurnya.
Gambar 3
Pemandangan Atap Rumah-Rumah Tradisional Bena
(foto: Ina H.K., 2008)
Pemandangan Atap Rumah-Rumah Tradisional Bena
(foto: Ina H.K., 2008)
Setelah 30 menit perjalanan, melewati permukiman tradisional, hutan bambu, dan padang rumput, akhirnya tibalah saya di Bena. Dusun Bena terletak tepat di kaki Gunung Inerie, 785 meter di atas permukaan laut. Dalam perjalanan menuju Bena tadi, sebetulnya atap-atap rumah tradisional di Bena sudah dapat saya lihat dari kejauhan. Pemandangan yang sangat unik, atap alang-alang di tengah-tengah pepohonan hijau.
Gambar 4
Dusun Bena
(foto: Ina H.K., 2008)
Dusun Bena
(foto: Ina H.K., 2008)
Dusun Bena membentuk kantong permukiman di antara ngarai yang mengelilinginya. Memasuki Dusun Bena, saya harus menaiki sepuluh anak tangga karena posisi dusun ini memang lebih tinggi dari jalan raya. Sepuluh anak tangga ini disebut ture e’bu pati, merupakan simbol 10 keluarga yang pertama kali datang ke Dusun Bena. Konon, kesepuluh keluarga ini merupakan orang-orang Pati, Jawa Tengah, yang melarikan diri.
Gambar 5
Anak Tangga Masuk Dusun Bena
(foto: Ina H.K., 2008)
Anak Tangga Masuk Dusun Bena
(foto: Ina H.K., 2008)
Dan ternyata, setelah memasuki dusun pun saya masih harus menaiki anak-anak tangga lainnya untuk masuk ke satu kelompok permukiman yang ada di dusun tersebut. Menurut Ketua Kelompok Sadar Wisata Bena yang mendampingi saya, ketinggian letak-letak permukiman tersebut menunjukkan tingkatan suku-suku yang ada di Dusun Bena. Setiap suku memiliki satu wilayah kecil di satu undakan luas yang disebut loka sewu.
Ada sembilan suku yang ada di Dusun Bena, yaitu Suku Dizi, Suku Dizi Azi, Suku Bena, Suku Wahto, Suku Deru Lalulewa, Suku Deru Solamae, Suku Ngada, Suku Khopa, dan Suku Ago. Suku Bena merupakan suku tertua dan pendiri dusun ini, oleh karena itu namanya digunakan juga sebagai nama dusun.
Gambar 6
Batu-Batu Megalitikum Di Bena
(foto: Ina H.K., 2008)
Pemandangan yang paling menarik bagi saya adalah batu-batu megalitikum yang hampir ada di depan setiap rumah di Bena. Batu-batu megalitikum itu adalah makam-makam para leluhur mereka, dan ada juga yang merupakan pelataran tempat para tetua adat mengadakan rapat penting.
Oh, iya, selain batu-batu megalitikum, di depan rumah-rumah tradisional tersebut juga ada dua jenis bangunan yang ukurannya lebih kecil daripada rumah. Bangunan ini merupakan media penghubung dengan leluhur mereka, dan juga berfungsi sebagai lambang keberadaan suatu suku. Bangunan ini didirikan ketika suatu suku baru akan terbentuk. Dua jenis bangunan ini disebut ngadhu dan bagha. Ngadhu merupakan bangunan yang menghubungkan masyarakat dengan leluhur lelaki mereka, sedangkan Bagha dengan leluhur perempuan.
Gambar 7
Rumah Sao Saka Puu
Rumah Sao Saka Puu
Mengelilingi batu-batu megalitikum tersebut, berjejer dengan rapi rumah-rumah tradisional yang berbentuk rumah panggung, yang berjumlah 45 buah rumah, dihuni oleh 67 kepala keluarga. Rumah-rumah tradisional Dusun Bena ini sangat unik, di atap setiap rumah dapat ditemui simbo-simbol kecil yang berbentuk rumah, merupakan miniatur bhaga, atau boneka pria, yang merupakan simbol ngadhu.
Gambar 8
Rumah Sao Saka Lobo
Rumah Sao Saka Lobo
Rumah dengan miniatur bhaga menandakan bahwa keluarga di rumah tersebut berasal dari nenek moyang perempuan, rumah ini disebut sao saka puu. Rumah yang bersimbol boneka kecil di atap, menandakan rumah nenek moyang lelaki atau disebut juga sao saka lobo.
Gambar 9
Tanduk kerbau di rumah Bena
Tanduk kerbau di rumah Bena
Pada beberapa rumah ada terdapat tanduk-tanduk kerbau dan rahang-rahang babi. Tanduk kerbau yang dipajang menandakan bahwa keluarga di rumah tersebut pernah berbuat sesuatu kebaikan untuk orang miskin, sedangkan rahang babi menunjukkan jumlah babi yang pernah dipotong untuk upacara kasao atau upacara membuat rumah adat.
Gambar 10
Rahang babi di rumah Bena
Rahang babi di rumah Bena
Masyarakat Dusun Bena memang masih sangat tradisional. Mereka yang dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia saja masih dapat dihitung dengan jari. Bahasa komunikasi sehari-hari mereka adalah bahasa Nga’da. Kehidupan tradisional Bena juga ditunjukkan dengan kegiatan ibu-ibu menenun kain di depan rumah mereka. Kain-kain ini selain digunakan untuk pelaksanaan upacara adat, juga dijual kepada wisatawan yang datang ke Bena.
Berbicara tentang upacara adat tradisional, masyarakat Dusun Bena sangat terkenal dengan upacara Reba, yaitu upacara menyambut tahun baru. Sebenarnya upacara Reba ini juga dilakukan oleh masyarakat Ngada lainnya, tidak hanya masyarakat Dusun Bena. Menurut penjelasan dari Ketua Pokdarwis yang mendampingi kami, upacara Reba ini bertujuan untuk melakukan penghormatan dan ucapan terima kasih kepada para leluhur. Upacara ini juga dilakukan untuk mengevaluasi segala hal tentang kehidupan masyarakat Ngada yang telah dijalani pada tahun sebelumnya.
Upacara Reba terdiri dari serangkaian kegiatan, dari mulai bui loka, kobe dheke/reba bhaga, kobe reba, dan kobe dhoro/kobe su’i. Upacara Reba di Bena ini dilaksanakan pada Desember-Januari setiap tahunnya.
Bui Loka
Bui loka dilakukan oleh setiap woe (suku) di luar kampung pada suatu tempat khusus yang biasa disebut loka/lanu. Pada acara ini biasanya orang/peserta Bui Loka akan melakukan pembersihan loka/lanu (batu-batu megalitikum yang dibangun khusus untuk memberikan sesajen kepada leluhur) di luar kampung. Upacara ini biasa dilaksanakan satu minggu atau beberapa hari menjelang upacara Reba dimulai. Pada acara ini biasanya dilakukan penyembelihan hewan kurban yang darahnya akan direcik pada batu (loka) dan dagingnya akan dimakan bersama nasi bumbu.
Kobe Dheke/Reba Bhaga
Acara yang dilaksanakan pada malam menjelang Reba. Acara ini akan dihadiri semua one woe (anggota suku) salah satu rumah adat yang telah ditentukan/disepakati. Menjelang acara ini biasanya dilaksanakan reba bhaga yang bertujuan untuk memberi makan kepada ngadhu dan bhaga dan baru dilanjutkan dengan kobe dheke reba (acara untuk member sesaji kepada leluhur didalam rumah adat). Pada acara ini biasanya dilakukan penyembelihan hewan kurban berupa ayam atau babi.
Kobe Reba
Pada hari berikutnya akan dilaksanakan tarian sedo uwi dan pada malam harinya para tetangga saling mengundang untuk mengadakan perjamuan bersama. Hal ini sebagai pertanda ungkapan kegembiraan atas tahun adat yang baru serta rasa solidaritas dan kekerabatan.
Kobe Dhoro/Kobe Su’i
Pada malam terakhir dari Reba, para ana woe akan berkumpul pada salah satu rumah yang ditentukan untuk mengevaluasi semua kejadian dan kegiatan yang dilaksanakan oleh setiap anggota suku (one woe). Biasanya para tetua dalam suku (dela/mosa one woe) akan memberikan petuah dan nasihat kepada generasi muda mengenai berbagai hal yang harus diperhatikan dalam kehidupan berbudaya. Setelah mengevaluasi, maka akan dilaksanakan su’i uwi (memotong/mengiris ubi) sambil menceritakan legenda perjalanan leluhur.
Wah, banyak sekali pengetahuan dan pengalaman berharga yang saya ambil dari kunjungan saya ke Bena. Di antara hingar-bingar kehidupan modern di kota-kota, ternyata masih terdapat masyarakat yang memegang teguh adat-istiadat para leluhurnya, yang mengandung nilai-nilai budaya yang bernilai sangat tinggi, seperti masyarakat Bena ini. Filosofi kehidupan dan norma-norma budayanya yang menjunjung tinggi para leluhur menunjukkan betapa masyarakat Bena sangat menghormati dan menghargai pengorbanan dan perjuangan para pendahulunya. Sungguh, masyarakat tradisional benar-benar merupakan masyarakat yang berbudaya tinggi.
(Yani Adriani)
(THE BIG BANG)
DARI TIDAK ADA MENJADI ADA: DENTUMAN BESAR (THE BIG BANG)
(Dia) Pencipta langit dan bumi … (QS. Asy Syuura, 42:11) |
Tahukah Anda bahwa segala sesuatu yang Anda lihat di sekitar Anda, tubuh Anda sendiri, rumah yang Anda huni, kursi yang Anda duduki, ayah dan ibu Anda, pepohonan, burung-burung, tanah dan buah-buahan, singkatnya, semua makhluk hidup dan benda mati yang mampu Anda bayangkan, timbul melalui bergabungnya atom-atom yang disebabkan oleh “Dentuman Besar” atau Big Bang? Sadarkah Anda akan kenyataan bahwa, setelah ledakan ini, muncullah keteraturan yang sempurna di seluruh jagat raya? Lalu, apakah “Dentuman Besar” itu?
Terbang Mengelilingi Jagat Raya [Episode Two]
“Bintang kecil, di langit yang biru
Amat banyak, menghias angkasa
Aku ingin, terbang dan menari
Jauh tinggi ke tempat kau berada”
.
Mari Sahabatku, kita terbang mengelilingi cakrawala semesta-Nya
.
R a w a
Rawa merupakan sebutan untuk semua daerah yang tergenang air, yang penggenangannya daat bersifat musiman ataupun permanen dan ditumbuhi oleh tumbuhan (vegetasi). Hutan rawa memiliki keanekaragaman hayati yang sangat kaya. Jenis-jenis floranya antara lain: durian burung (Durio carinatus), ramin (Gonystylus sp), terentang (Camnosperma sp.), kayu putih (Melaleuca sp), sagu (Metroxylon sp), rotan, pandan, palem-paleman dan berbagai jenis liana. Faunanya antara lain : harimau (Panthera tigris), Orang utan (Pongo pygmaeus), rusa (Cervus unicolor), buaya (Crocodylus porosus), babi hutan (Sus scrofa), badak, gajah, musang air dan berbagai jenis ikan. | |
Geologi dalam Peradaban Islam
Geomorfology
Geomorfologi Umum
Geomorfologi didifinisikan sebagai salah satu cabang ilmu kebumian yang mempelajari dan menggambarkan bentuklahan (landform), berikut perkembangan serta proses yang melibatkannya dalam susunan ruang dan waktu.Studi geomorfologi mencakup studi historis yang mendeduksikan ciri-ciri bentangalam (landscape) yang dikaitkan dengan bukti-bukti peristiwa/historis, seperti (tektonik, perubahan muka laut dan iklim). Sedangkan studi fungsional menyangkut mengenai proses dan perilaku material bumi yang oleh ahli geomorfologi diamati perkembangan bentuklahannya.
Geomorfologi selalu mempertimbangkan proses dan material, karena keduanya penting dalam diterminasi morfologi suatu daerah.
Sistem survei dan pemetaan geomorfologi maupun klasifikasinya menganut sitem ITC (International Institute for Aerospace Survey and Earth Sciences), yang didasarkan atas survei Analitik, Sintetik dan Pragmatik. Survei analitik (mono disiplin) yan ditekankan pada morfometri, morfografi morfogenesa dan morfokronologi. Survei sintetik (multi disiplin) merupakan hasil kerja sama dari berbagai keahlian, sedangkan survei pragmatik disesuaikan dengan tujuan survei.
Sitem klasifikasi geomorfologi dibagi menjadi 4 tingkatan, yaitu:
- Provinsi geomorfologi, dalam skala = 1:250.000, dengan unsur utama yang digeneralisasi diantaranya adalah genesa dan batuan.
- Unit geomorfologi utama, dalam skala =1:250.000, dengan unsur utama agak digeneralisasikan diantaranya relief, batuan dan genesa.
- Unit geomorfologi, dalam skala =1:50.000, dengan unsur utama agak rincidari relief, batuan dan genesanya.
- Geomorfologi rinci, dalam skala =1:10.000, dengan unsur dari relief secara rinci didasarkan atas keseragaman bentuklahan batuan, tanah/soil, vegetasi dan proses.
Secara umum, bentangalam Indonesia terbagai atas 7 unit bentukan asal (origin) yaitu: denudasi, struktur, gunungapi, laut, sungai, pelarutan, angin Bentukan asal denudasi/denudation (D) adalah bentangalam yang dibentuk oleh proses geomorfologi, jika proses tersebut bekerja terus dalam jangka waktu yang panjang, mampu meratakan seluruh permukaan bumi yang kasar ini. Dua buah proses yang berkaitan dengan proses geomorfologi adalah proses degradasi sebagai contoh disentegrasi batuan (pelapukan), material pelapukan di permukaan bumi dipindahkan oleh berbagai proses erosi dan gerakan massa/ mass wasting. Sedangkan proses agradasi adalah suatu bentuk aneka ragam proses sedimentasi yang mampu membentuk daratan berkaitan dengan proses degradasi.
Fenomena alam longsoran merupakan proses denudasi (D) yang telah dan sedang berjalan. Anak panah menunjukkan arah longsoran Lokasi Desa Kertasari, Sekaran Semarang selatan
Fenomena alam bentuklahan struktural berupa tektonik teras(T1-6) lembah Ngarai Sianok di desa Belakangbalok-Bukittinggi-Sumatera Barat. Merupakan unit geomorfologi hasil kegiatan struktur (S)
Fenomena alam kerucut Gunungapi Merapi dengan sebongkah sumbat lava di deatremanya, merupakan proses naiknya magma ke permukaan ,
Pasir pantai dan pematang pantai (beach ridges) Siderejo-Kecamatan Batang (Pantura) Jawa Tengah merupakan bentuklahan hasil kegiatan air laut (M)
Bentukan asal pelarutan/karst (K) adalah bentangalam yang dibangun oleh hasil proses pelarutan yang terjadi pada batugamping dikenal dengan “karstâ€. Morfologi karst dapat berupa bentuklahan pelarutan yang negatip (dolina, uvala, lembah karst dsb), sedangkan bentuklahan karst yang positip diantaranya kerucut karst, menara karst. Terutama pada menara karst dipisahkan dengan kerucut karst semata-mata karena bentuk didingnya agak tegak sampai tegak dan dipisahkan antara satu dengan lainya oleh dataran berawa atau dataran aluvial yang luas.
Kerucut Karst merupakan salah satu fenomena alam dari hasil pelarutan (K) di daerah pebukitan gamping, lokasi: Kandangan Kalimantan Selatan-bagian timur.
Gumuk pasir yang terjadi di pantai Parangtritis merupakan salah satu fenomena alam bentukan angin (A)
Langganan:
Postingan (Atom)