Mengukur Kiblat dengan Matahari

 
Rashdul Qiblat 2008


Apakah arah kiblat bisa berubah? Tentu Tidak! Artinya pengukuran sebelumnya memang yang tidak tepat.
"Dan
dari mana saja engkau keluar (untuk mengerjakan shalat), maka
hadapkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram (Ka’bah), dan sesungguhnya
perintah berkiblat ke Ka’bah itu adalah benar dari Tuhanmu. Dan
(ingatlah), Allah tidak sekali-kali lalai akan segala apa yang kamu
lakukan." ( QS. Al-Baqarah : 149 )
.
“ Baitullah ( Ka’bah )
adalah kiblat bagi orang-orang di dalam Masjid Al-Haram dan Masjid
Al-Haram adalah kiblat bagi orang-orang yang tinggal di Tanah Haram (
Makkah ) dan Makkah adalah qiblat bagi seluruh penduduk bumi, Timur dan
Barat dari umatKu” ( Hadith Riwayat Al-Baihaqi )
Dalam ajaran Islam,
mengadap ke arah kiblat ( Masjidil Haram / Ka’bah ) adalah suatu
tuntutan syariah di dalam melaksanakan ibadah tertentu, ia wajib
dilakukan ketika hendak mengerjakan shalat dan menguburkan jenazah
orang Islam, ia juga merupakan sunah ketika azan, berdoa, berzikir,
membaca Al-Quran, menyembelih binatang dan sebagainya.
Berdasarkan
tinjauan astronomis atau falak, terdapat beberapa teknik yang dapat
digunakan untuk meluruskan arah kiblat antaranya menggunakan kompas,
theodolit, rasi bintang serta fenomena posisi matahari serta transit
utama matahari di atas kota Makkah yang dikenal dengan istilah Istiwa
A’zam (Istiwa Utama). Di kalangan pesantren di Indonesia istilah yang
cukup dikenal adalah "zawal" atau "rashdul qiblat".

Di atas Ka’bah matahari tepat berada di titik Zenith saat Istiwa A’zam.
Istiwa
adalah fenomena astronomis saat posisi matahari melintasi meridian
langit. Dalam penentuan waktu shalat, istiwa digunakan sebagai pertanda
masuknya waktu shalat Zuhur. Pada saat tertentu di sebuah daerah dapat
terjadi peristiwa yang disebut Istiwa Utama atau ‘Istiwa A’zam’ yaitu
saat posisi matahari berada tepat di titik Zenith (tepat di atas
kepala) suatu lokasi dimana peristiwa ini hanya terjadi di daerah
antara 23,5˚ Lintang Utara dan 23,5˚ Lintang Selatan.
Istiwa
Utama yang terjadi di kota Makkah dapat dimanfaatkan oleh kaum Muslimin
di negara-negara sekitar Arab khususnya yang berbeda waktu tidak lebih
dari 5 (lima) jam untuk menentukan arah kiblat secara presisi
menggunakan teknik bayangan matahari. Istiwa A’zam di Makkah terjadi
dua kali dalam setahun yaitu pada tanggal 28 Mei sekitar pukul 12.18
Waktu Makkah dan 16 Juli sekitar pukul 12.27 Waktu Makkah pada
tahun-tahun biasa. Sedangkan untuk tahun-tahun Kabisat tanggal ini
dapat maju 1 hari (27 Mei dan 15 Juli) seperti yang terjadi pada tahun
2008 ini.
Fenomena Istiwa Utama terjadi akibat gerakan semu
matahari yang disebut gerak tahunan matahari (musim) sebab selama bumi
beredar mengelilingi matahari sumbu bumi miring 66,5˚ terhadap bidang
edarnya sehingga selama setahun terlihat di bumi matahari mengalami
pergeseran 23,5˚ LU sampai 23,5˚ LS. Saat nilai azimuth matahari sama
dengan nilai azimuth lintang geografis sebuah tempat maka di tempat
tersebut terjadi Istiwa Utama yaitu melintasnya matahari melewati
zenith lokasi setempat.
________________________________________________________
SELASA, 27 MEI 2008 @ 16:18 WIB (Hari ke-1)
SELASA, 15 JULI 2008 @ 16:27 WIB (Hari ke-2)
MATAHARI TEPAT DI ZENITH KOTA MAKKAH
POSISI MATAHARI = ARAH KIBLAT
BAYANGAN MATAHARI = ARAH KIBLAT
_________________________________________________________

Teknik
penentuan arah kiblat menggunakan Istiwa Utama sebenarnya sudah dipakai
lama sejak ilmu falak berkembang di Timur Tengah. Demikian halnya di
Indonesia dan beberapa negara Islam yang lain juga banyak menggunakan
teknik ini. Sebab teknik ini memang tidak memerlukan perhitungan yang
rumit dan siapapun dapat melakukannya. Yang diperlukan hanyalah
sebatang tongkat lurus dengan panjang lebih kurang 1 meter dan
diletakkan berdiri tegak di tempat yang datar dan mendapat sinar
matahari. Pada tanggal dan jam saat terjadinya peristiwa Istiwa Utama
tersebut maka arah bayangan tongkat menunjukkan kiblat.
Karena
di negara kita peristiwanya terjadi pada sore hari maka arah bayangan
tongkat adalah ke Timur, sedangkan arah bayangan sebaliknya yaitu yang
ke arah Barat agak serong ke Utara merupakan arah kiblat yang benar.
Cukup sederhana dan tidak memerlukan ketrampilan khusus serta
perhitungan perhitungan rumus-rumus. Jika hari itu gagal karena
matahari terhalang oleh mendung maka masih diberi roleransi penentuan
dilakukan pada H+1 atau H+2.

Saat matahari di atas Ka’bah semua bayangan matahari mengarah ke Ka’bah juga
Penentuan
arah kiblat menggunakan teknik seperti ini memang hanya berlaku untuk
daerah-daerah yang pada saat peristiwa Istiwa Utama dapat melihat
secara langsung matahari dan untuk penentuan waktunya menggunakan
konversi waktu terhadap Waktu Makkah. Sementara untuk daerah lain di
mana saat itu matahari sudah terbenam misalnya wilayah Indonesia bagian
Timur praktis tidak dapat menggunakan teknik ini. Sedangkan untuk
sebagian wilayah Indonesia bagian Tengah barangkali masih dapat
menggunakan teknik ini karena posisi matahari masih mungkin dapat
terlihat. Namun demikian masih ada teknik lain yang juga menggunakan
bayangan matahari untuk menentukan arah kiblat misalnya teknik sudut
azimuth, teknik lingkaran, teknik bayangan muka dan bayangan belakang
dan penggunaan theodolit dengan bantuan posisi matahari. Salah satunya
yang cukup popiler adalah teknik bayangan matahari (sundial) dengan
data bayangan matahari dapat dicari DISINI.
Berdasarkan
perhitungan astronomis menggunakan program Simulator Planetarium
Starrynight Pro Plus 6.2.3 diperoleh posisi matahari secara presisi
saat terjadinya Istiwa Utama di Makkah tahun 2008 ini. Pertama, tanggal
27 Mei 2008 pukul 09:18:00 GMT atau 12:18:00 Waktu Makkah atau 16:18:00
WIB, lalu yang kedua terjadi pada tanggal 15 Juli 2008 pukul 09:26:50
GMT atau 12:26:50 Waktu Mekkah (GMT+3) atau 16:26:50 WIB (GMT+7) dengan
posisi matahari berada di azimuth 294° 40.124′ dan ketinggian
(altitude) 14° 56.32′. Seperti tertera pada gambar di bawah ini.

Dari Yogyakarta Posisi matahari masih cukup tinggi untuk melakukan pengukuran.

Teknik Penentuan Arah Kiblat menggunakan Istiwa Utama :
1. Tentukan lokasi masjid/mushalla/langgar atau rumah yang akan diluruskan arah kiblatnya.
2.
Sediakan tongkat lurus sepanjang 1 sampai 2 meter dan peralatan untuk
memasangnya. Lebih bagus menggunakan benang berbandul agar tegak benar.
Siapkan juga jam/arloji yang sudah dicocokkan / dikalibrasi waktunya
secara tepat dengan radio/televisi/internet.
3.
Cari lokasi di samping Selatan atau di halaman depan masjid yang masih
mendapatkan penyinaran matahari pada jam-jam tersebut serta memiliki
permukaan tanah yang datar lalu pasang tongkat secara tegak dengan
bantuan pelurus berupa tali dan bandul. Persiapan jangan terlalu
mendekati waktu terjadinya istiwa utama agar tidak terburu-buru.
4.
Tunggu sampai saat istiwa utama terjadi amatilah bayangan matahari yang
terjadi dan berilah tanda menggunakan spidol, benang kasur yang
dipakukan, lakban, penggaris atau alat lain yang dapat membuat tanda
lurus.
5. Di Indonesia peristiwa Istiwa Utama
terjadi pada sore hari sehingga arah bayangan menuju ke Timur.
Sedangakan bayangan yang menuju ke arah Barat agak serong ke Utara
merupakan arah kiblat yang tepat.
6. Gunakan
tali, susunan tegel lantai, atau pantulan sinar matahari menggunakan
cermin untuk meluruskan arah kiblat ini ini ke dalam masjid / rumah
dengan menyejajarkannya terhadap arah bayangan.
7.
Tidak hanya tongkat yang dapat digunakan untuk melihat bayangan.
Menara, sisi selatan bangunan masjid, tiang listrik, tiang bendera atau
benda-benda lain yang tegak. Atau dengan teknik lain misalnya bandul
yang kita gantung menggunakan tali sepanjang beberapa meter maka
bayangannya dapat kita gunakan untuk menentukan arah kiblat.
=============================================================
UNTUK ORIENTASI LAKUKAN UJI COBA PADA 1 ATAU 2 HARI SEBELUMNYA
=============================================================
Sebaiknya
bukan hanya masjid atau mushalla / langgar saja yang perlu diluruskan
arah kiblatnya. Mungkin kiblat di rumah kita sendiri selama ini juga
saat kita shalat belum tepat menghadap ke arah yang benar. Sehingga
saat peristiwa tersebut ada baiknya kita juga bisa melakukan pelurusan
arah kiblat di rumah masing-masing. Dan juga melakukan penentuan arah
kiblat menggunakan teknik ini tidak mutlak harus dilakukan pada saat
tersebut bisa saja mundur atau maju 1-2 hari pada jam yang sama atau
dalam rentang +/- 5 menit pada hari itu. Hal ini dikarenakan
pergeserannya hanya relatif sedikit yaitu sekitar 1/6 derajat setiap
hari atau sekitar 3 menit setiap harinya. Sebelum hari H dikurangi (-)
dan sesudah hari H ditambah (+) 3 menit setiap hari.
Catatan : Untuk keterangan lebih lanjut bisa menghubungi markas Rukyat Hilal Indonesia (RHI) di 0274-552630 atau 08122743082.

Tambahan
Sekedar
tambahan dari yang telah dijelaskan pak Mutoha. Sebagaimana diketahui,
pada 27 Mei 2008 pukul 12:18 waktu Makkah (GMT + 3) Matahari mengalami
transit (melintasi garis bujur kota Makkah) dimana posisiMatahari pada
saat itu sangat berdekatan dengan titik zenith Makkah(koordinat 21° 25′
LU 39° 50′ BT) alias mempunyai tinggi mendekati 90°. Dalam bahasa
sederhananya, jika pada saat itu kita berada di kota Makkahmaka kita
akan melihat Matahari persis di atas kepala. Kondisi ini disebutrashdul
qiblat istimewa dan dimanapun manusia berada di Bumi (asalkan
masihtersinari cahaya Matahari), maka arah kiblat setempat
bisaditetapkan/dikalibr asikan karena setiap bayang-bayang benda yang
tegak lurusterhadap permukaan Bumi tepat mengarah ke kiblat.
Untuk itu ada catatan tambahan :
1. Akurasi
Berbeda
dengan bintang-bintang lainnya yang berperanan sebagai sumber
cahayatitik (point source) jika dilihat dari Bumi, Matahari merupakan
cakrambercahaya kuat (disk source) dengan apparent diameter 0,5° dimana
intensitascahayanya homogen di setiap titik dalam cakram ini.
Konsekuensinya pengukuran arah dengan menggunakan bayang-bayang
Matahari pun selalumengandung ketidakpastian sebesar 0,5°.
Dengan
diameternya yang besar, maka pada 26 Mei 2008 pukul 12:18 waktuMakkah,
meski tinggi pusat cakram Matahari baru senilai 87,75° namun tepicakram
bagian barat telah menyentuh titik zenith. Demikian pula
meskipundeklinasi pusat cakramnya saat itu baru +21° 10′ namun tepi
cakram sebelahutara sudah menyentuh deklinasi +21° 25′ (alias berimpit
dengan lintang kotaMakkah).
Dan pada 28 Mei 2008
pukul 12:18 waktu Makkah juga mirip, dimanawalaupun tinggi pusat cakram
Matahari senilai 87,75° namun tepi cakrambagian timur masih menyentuh
titik zenith. Demikian pula meskipun deklinasipusat cakramnya saat itu
sudah +21° 40′ namun tepi cakram sebelah selatanmasih menyentuh
deklinasi +21° 25.Kondisi yang sama juga kita jumpai bila pada ketiga
tanggal tersebut jamnyadivariasikan menjadi 12:18:00 ± 00:00:30 WIB.
Sehingga dengan demikian rashdul qiblat terjadi pada 26 - 28 Mei 2008
pukul12:18:00 ± 00:00:30 waktu Makkah atau 16:18:00 ± 00:00:30 WIB.2.
2. Keberlakuan
Per
teori penetapan/kalibrasi arah kiblat dengan rashdul qiblat ini
hanyaberlaku untuk daerah dengan zona waktu GMT + 1 sampai GMT + 7
denganperkecualian pada Asia Timur (karena Matahari di sini masih cukup
tinggimeski zona waktunya sudah GMT + 8).Untuk Indonesia, metode ini
bisa dilakukan pada kawasan Indonesia bagianbarat khususnya Pulau Jawa,
Sumatra dan Kalimantan hingga ke sebagian NusaTenggara dan pantai barat
Sulawesi. Di Nusa Tenggara dan pantai baratSulawesi itu tinggi Matahari
pada saat rashdul qiblat sudah cukup rendah(yakni di sekitar 10°)
sehingga cahaya sudah redup ataupun sudah tertutupawan di dekat horizon.
3. Cara
-
Kalibrasikan petunjuk waktu (jam/HP) dengan standar waktu
(misalnyadengan siaran BBC, RRI ataupun dengan men-dial nomor 103 lewat
telpon fixedline maupun Flexi).
- Gunakan sudut
bangunan/sisi jendela, atau gunakan benang tebal yangdiberi pemberat
dan digantung sebagai media yang tegaklurus permukaan tanahsetempat.
- Tetapkan tanggal pengukuran (26, 27 atau 28 Mei 2008).
-
Pada pukul 16:18:00 ± 00:00:30 WIB tandai bayang-bayang bangunan/sisi
jendela/benang pada permukaan lantai/tanah pada dua titik sekaligus.
Lantastarik garis lurus melintasi kedua titik tersebut. Itulah arah
kiblatsetempat. Selamat mencoba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar