Alam Materi

Berbicara tentang alam materi memang mengasyikkan, orang-orang pintar jaman sekarang lebih menyukai apa-apa yang bisa dilihat dan didengar dengan mata kepala sendiri sebagai bukti nyata tentang keberadaan dan kebenaran suatu perkara daripada membicarakan yang ‘ndak jelas’ seperti alam ide, alam rasio, dan alam ketuhanan.
alam-ide
alam-ide
Ini sih masih bagus, ada diantara kita bahkan tidak peduli dengan dunia sekitarnya, ada yang tidak peduli karena memang tidak tahu tapi ada juga yang tahu tapi tetap tidak peduli.
Lha, apakah kita memang harus peduli dengan alam sekitar dan semua permasalahannya? Apakah kita perlu tahu tentang jarak antara satu planet dengan planet yang lainnya? Apakah kita harus peduli berapa kedalaman samudra dimana kita tidak pernah ‘berurusan’  dengannya? Apakah kita harus ‘ikut campur’ dengan permasalahan perang ditimur tengah  dan lain-lain ?
Mempertanyakan hal-hal yang tidak ‘relevan’ dengan kehidupan kita sehari-hari yang disibukkan dengan urusan kantor, urusan cari makan, urusan sekolah anak-anak dan lain-lain AKAN kelihatan konyol dan ‘aneh’ bagi kebanyakan orang. Tapi apakah pertanyaan seperti diatas itu sebenarnya konyol bin aneh dalam hubungannya dengan kehidupan kita sehari-hari?
Sungguh pertanyaan-pertanyaan seperti diatas bukanlah pertanyaan konyol dan aneh untuk kita semua, tidak peduli apapun latar belakang kita, seharusnya kita mau duduk bersimpuh sebentar untuk memperhatikan alam sekitar kita, merenung dan bersyukur akan anugrah akal yang telah diberikanNya kepada kita.
Kita pantas untuk mempertanyakan apakah alam materi itu sesungguhnya ‘ADA’ dan BENAR ADA-nya?
Kita lihat sebentar isi dari alam materi itu…, apa sajakah isinya?
Kita semua bisa dengan mudah menyaksikan disekitar kita ada gunung, ada laut, ada gedung-gedung, ada rumah, ada mobil. Pertanyaannya adalah apakah benda itu ada dan benar adanya?
Jawabnya tentu ada dan benar adanya. Benda-benda itu ada dan bisa ditemukan dengan mudah disekitar kita. Benda-benda yang bisa dilihat dengan mata kepala ini disebut dengan ‘ada eksternal’ , yaitu ‘adanya’ diluar diri kita (terpisah dengan kita).
Dari jaman kuda gigit besi sampai dengan jaman secanggih sekarang ini kita telah menyaksikan betapa ‘ada eksternal’ (Eksistensi eksternal)  ini telah merubah peradaban anak manusia, dan faktanya memang sebagian besar dari ‘ada eksternal’ ini memang betul-betul BENAR dan NYATA.
Kita perhatikan…bahwa dengan bantuan pancaindra dan alat perasa kita mampu membedakan panas dan dingin, api dan es, siang dan malam, panjang dan pendek, tinggi dan rendah, jauh dan dekat, besar dan kecil, bohong dan jujur, koruptor dan orang jujur, sapi dan dendeng. Sungguh fakta itu adalah kebenaran dan sama sekali tidak keliru. Maka sangat aneh kalau orang seperti Berkeley (filsup yang sekaligus uskup terkenal)  mengatakan tidak ada realitas eksternal?
Itu sekilas tentang eksistensi eksternal, sekarang kita ke ‘benda’ yang berikutnya, kita bisa ‘membayangkan’ ada monas dijakarta, ada kota london di inggris, ada rendang diwarung padang, ada  laut di di Timur tengah , ada pulau ditengah laut, ada cewek cantik dikampus. Pertanyaan yang sama, apakah betul yang kita bayangkan tadi ‘barangnya’ betul-betul ada didunia nyata?
Jawabnya, bisa ya bisa juga tidak, bisa ada bisa juga tidak. Membayangkan tentang adanya sesuatu ini disebut dengan ‘ada mental’, yaitu ‘adanya’ didalam pikiran kita (‘dikepala’ kita)
Kenapa ‘ada mental’  (eksistensi mental) ini mendapat jawaban tidap pasti? Bisa iya bisa tidak, bisa ada bisa tidak? Ini menarik…, yuk kita lihat ilustrasinya.
Misal, saya membayangkan ada monas dijakarta…, apakah ‘bayangan’ saya itu betul-betulbenar’ (kebenaran) atau salah (kekeliruan)? Setelah saya lihat dengan mata kepala saya sendiri memang betulada’ monas dijakarta, maka apa yang saya ‘bayangkan’ tadi adalah suatu kebenaran (fakta monas betul-betul ada).
Fakta yang saya temukan dilapangan ini adalah merupakan ‘pengetahuan dan sumber pengetahuan‘ bagi mental saya.
Dan bagaimana kalau sebaliknya? misalnya monas yang saya ‘bayangkan’ tadi  tidak ada? Tentu saja ‘bayangan’ saya tentang ‘ada’ monas dijakarta tadi menjadi suatu kekeliruan.
Fakta ‘yang saya temukan dilapangan ini juga merupakan ‘pengetahuan dan sumber pengetahuan’ bagi mental saya. Dalam dua skenario diatas, kita sekarang bisa memahami kenapa eksistensi mental tidak langsung otomatis bisa menjawab ada atau tidak ada.
Sekarang kita telah mengetahui perbedaan tentang keberadaan alam materi, yaitu  alam materi yang bisa disaksikan secara gamblang dan alam mental yang harus dengan sedikit mikir :)
Kemarin disuatu milist yahoogroups ada yang tanya kepada saya, kenapa yang ada dipikiran disebut sebagai eksistensi mental (ada mental)?  Apakah setiap perkara ‘ada’ (esksistensi) dinamai sesuai dengan keberadaan-nya? Misalnya, ada lukisan gambar Nyi Loro Kidul, Lukisan Kuda Terbang, Lukisan Bidadari, Lukisan gambar Yesus. Apakah ‘ada’ seperti itu disebut dengan ‘Eksistensi Lukisan ‘atau ‘Eksistensi Dinding’ (karena digantung didinding,red).
Tentu saja perkara seperti itu tidak bisa dinamai dengan ‘eksistensi lukisan’ ataupun ‘eksistensi dinding’ . Ada substansi yang sangat penting yang ketinggalan disitu, Bagi dinding lukisan gambar yang dilukis atau digantungkan disana tidaklah menjadi bagian dari dinding itu, bagi dinding lukisan itu bukanlah PENGETAHUAN DAN SUMBER PENGETAHUAN dinding tentang eksistensi gambar (keberadaan gambar itu dalam alam nyata). Sedangkan lukisan yang ada dialam mental  merupakan pengetahuan dan sumber pengetahuan bagi orang yang membayangkannya.

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar